Refleksi Setahun Dunia Kesehatan di Negeri Ini

Tak terasa tahun 2007 segera akan berganti. Tahun baru, Harapan baru..Bagaimana dengan dunia kesehatan di negeri kita ini?? Apa saja yang telah pemerintah, swasta dan masyarakat lakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan di negeri ini, Indonesia..

Selama tahun 2007, permasalahan kesehatan di negeri ini masih merupakan suatu masalah-masalah warisan dari tahun-tahun sebelumnya. Wabah Diare dan DBD masih terus menjadi pekerjaan rumah bidang kesehatan di Negeri kita ini. Negara ini belum mampu menemukan sebuah jurus ampuh untuk dapat mengatasi masalah-masalah tersebut.

Banjir, adalah salah satu persoalan klasik yang terus kita hadapi di akhir tahun. Dan setelah banjir berlalu, sudah menunggu persoalan berupa penyakit-penyakit yang akan timbul, sebut saja Diare, Leptospirosis, dll. Pertanyaan yang lagi muncul, apakah kita sudah siap mengantisipasinya dengan pengalaman masa lalu atau kita memang tak pernah belajar… tentu saja persoalan ini bukan merupakan tanggung jawab penuh bidang kesehatan, Pemerintah Daerah turut bertanggung jawab terhadap persoalan banjir dan penyakit yang diakibatkannya. Sepatutnya Pemda lebih memperhatikan penataan ulang kota dan melaksanakan pembangunan yang lebih berwawasan kesehatan dan memperhatikan lingkungan..

Masalah lain adalah wabah flu burung yang rasanya tak pernah surut jumlah penderitanya (hampir sama dengan banjir yang sulit surut..), padahal dana yang dikucurkan jumlahnya sangatlah besar dan bila saja flu burung bisa ditekan mungkin dana untuk penanggulangannya tersebut mungkin bisa kita gunakan untuk mengatasi persoalan rakyat miskin yang masih sulit makan dan terancam kekurangan gizi. Belum lagi masalah Virus flu burung dimana badan dunia WHO “memaksa” bangsa kita ini untuk mengirim contoh virus kepada mereka dan melarang bangsa kita sendiri untuk memiliki virus tersebut. Mungkin saja beberapa waktu kemudian mereka akan muncul dengan vaksin flu burung dan “memaksa” bangsa-bangsa seperti bangsa kita ini untuk membeli vaksin mereka, padahal seandainya saja bangsa kita ini dapat mengembangkan sendiri vaksin tersebut, toh bangsa kita yang memiliki virus tersebut, kenapa bukan kita sendiri saja yang melakukan penelitian dan pengembangan vaksin.

Selain dari itu, selama tahun 2007 bangsa kita ini masih dihadapkan dengan rendahnya mutu pelayanan kesehatan kita.. Sebut saja para perawat yang masih sulit tersenyum kepada pasien Askeskin, Para Dokter yang masih sulit berkomunikasi dengan pasiennya dengan paradigma mereka “pasien kan yang butuh kami”. Sarana prasarana kita pada beberapa instansi pelayanan kesehatan yang jauh di bawah standar. Pantas saja orang-orang kaya di negeri kita ini berbondong-bondong lari memperoleh pelayanan kesehatan di negeri lain, sebut saja Singapura dan Malaysia. Berapa kerugian ekonomi yang didapatkan oleh Negara ini hanya karena sebuah senyum, keramah-tamahan, perhatian yang mereka rasa sulit didapatkan di negeri sendiri?

Di negeri ini para dokter, perawat dan RS berteriak “malu-malu” kepada pemerintah karena jumlah Pasien Askeskin yang melonjak tetapi pemerintah belum dapat membayar klaim dari pihak RS, kemana dana yang dialokasikan pada rakyat negeri ini yang tidak mampu? Kebijakan pemerintah untuk menggratiskan pasien ASKESKIN adalah Niat yang Mulia namun belum menyelesaikan masalah, masalah-masalah baru mulai muncul, sebut saja tadi jumlah pasien yang membludak yang seharusnya dapat segera di antsisipasi pemerintah tidak seperti saat ini pihak RS berteriak meminta klaim dana mereka yang belum kunjung turun. Program ini membuat masyarakat kita menjadi “manja” atau terkesan menjadi konsumtif, dengan asumsi yang secara tidak sadar timbul dikepala mereka bahwa “tidak usah takut sakit, toh kita gratis berobat”… akhirnya jumlah pasien di RS, Puskesmas membludak.. anggaran untuk pengobatan terus membengkak.. andai saja fokus perhatian kita lebih mengarah pada upaya promotif dan preventif untuk menanamkan budaya sehat pada masyarakat mungkin APBD maupun APBN Negara ini tidak akan terlalu terbebani.. Mungkin ini merupakan Pekerjaan Rumah Kita di tahun mendatang untuk dapat memperbaiki keadaan ini dan lebih memfokuskan perhatian kita pada upaya promotif dan preventif dan dibarengi peningkatan kualitas kuratif dan rehabilitatif.

Sebuah Catatan Kesehatan dan Politik..

Sekian banyak Pilkada yang dilalui di tahun 2007 ini.. kesehatan tak pula bisa lepas darinya.. isu-isu kesehatan gratis digemborkan oleh para calon penguasa.. apakah ini bertanda baik atau sebaliknya??? Mudah-mudahan ini bertanda baik (Amin..), tetapi bisa menjadi awal malapetaka di negeri ini jika penerapan system kesehatan gratis tersebut SALAH.. kenapa kita tak belajar dari kasus Askeskin sebelumnya dengan Klaim yang menunggak, jumlah pasien membengkak, kualitas pelayanan menurun, dsb. Bukan berarti penulis mengatakan Kebijakan Gratis Itu Jelek, tapi yang perlu dipikirkan adalah mekanisme dan sistem yang jelas. Gratis buat siapa?? Bukankah selama ini pasien miskin sudah gratis yang ditanggung oleh pemerintah pusat melalui PT.ASKES, apakah PEMDA juga harus ikut nimbrung menghambur-hamburkan uang kepada Pasien Askeskin yang tidak jelas kriterianya… mungkin sebaiknya PEMDA di berbagai daerah lebih memfokuskan kepada masyarakat kita yang berada dikelas SADIKIN (Sakit Dikit Langsung Miskin). Orang miskin sudah ditanggung Pemerintah Pusat, orang kaya mampu membiayai kesehatan mereka sendiri, masyarakat middle kelas ini siapa yang menanganinya??

Yang terakhir menurut penulis, sebuah catatan penting di penghujung tahun 2007 ini, berbagai cobaan dari Tuhan diberikan kepada negeri ini melalui murka Alam akibat ulah manusia sendiri.. sebut saja Banjir dimana-mana, Gunung Meletus, Gempa Bumi, dsb.. Mungkin kedepannya kita lebih harus memikirkan system kewaspadaan dini terhadap bencana dan dunia kesehatan diharapkan ditahun berikutnya sudah memiliki sistem yang dapat berjalan jika suatu bencana berlangsung, tidak ikut hancur dengan datangnya bencana.. Sarana Kesehatan (RS pemerintah, Swasta, Klinik-klinik, Puskesmas) harus telah memiliki sistem untuk lebih tanggap bencana demikian juga dengan sarana dan sumber daya manusia kesehatannya. Begitu Banyak catatan yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama di tahun 2008 yang penuh dengan harapan, semoga kita semua dapat berbuat dan menjadi saksi akan masa depan dunia kesehatan yang lebih baik dimasa mendatang.

Cobalah hal yang baru, jika berhasil anda akan maju selangkah. Pun jika tidak berhasil, prestasi anda toh tidak akan menurun.

Salam Indonesia Sehat..

Irwandy Kapalawi
Mahasiswa Magister Administrasi RS UNHAS

Tantangan Bidang Promosi Kesehatan Dewasa Ini

Promosi Kesehatan saat ini berkembang menjadi sebuah ilmu tersendiri dalam kesehatan masyarakat. Pemahaman awal penulis tentang Promosi kesehatan sangat sempit, promosi kesehatan selama ini selalu disamakan dengan pendidikan kesehatan, bagaimana melakukan penyuluhan-penyluhan terhadap masyarakat agar mengetahui dan berprilaku sehat, padahal pendidikan kesehatan hanya sebuah bagian kecil dari promosi kesehatan. Keduanya memang memiliki sasaran yang sama yaitu perubahan perilaku untuk peningkatan derajat kesehatan, namun sebenarnya pendidikan kesehatan hanya bertujuan untuk merubah perilaku individu atau kelompok, sedangkan promosi kesehatan bertujuan untuk melakukan perubahan lingkungan dan perilaku dengan berbagai kombinasi strategi agar individu/masyarakat dapat meningkatkan kendali dan memperbaiki status kesehatan mereka. Jadi dapat dikatakan promosi kesehatan bersifat lebih makro dan lebih menyentuh pada sisi advokasi pada level pembuat kebijakan dimana promosi kesehatan berusaha melakukan perubahan pada lingkungan dengan harapan terjadinya perubahan perilaku yang lebih baik. Promosi kesehatan telah masuk kedalam wilayah politik dengan melalui kegiatan advokasi. Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang dibidang kesehatan utamanya promosi kesehatan sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana kita sebagai orang yang bergerak dibidang kesehatan bisa lebih mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memperhatikan kesehatan. Advokasi ini dapat dilakukan dengan mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud dimasyarakat.Disamping advokasi kesehatan, salah satu startegi dari promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita.Ada empat prinsip kegiatan kesehatan masyarakat :1. Sentralitas keputusan berada ditangan masyarakat 2. Peran provider hanya sebagai fasilitator3. Kegiatan utama ditujukan untuk mengatasi kerugian, tekanan dan diskriminasi yang dihadapi masyarakat4. Kegiatan tidak terbatas pada aspek kesehatan tetapi berkenaan dengan suatu keadaan sehatPromosi bisa berjalan dengan efektif bila didukung bidang kajian sebagai berikut:
Program Pendidikan Kesehatan
Bidang kajian ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang kesehatan dengan harapan ada perubahan perilku.
Peraturan/Perundangan
Peraturan/perundangan adalah perangkat hukum atas suatu program promosi sehingga masyarakat lebih sungguh-sungguh dalam menjalankannya. Misalnya peraturan pembuangan sampah.
Tindakan Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan mendukung dan menjalankan tugas penyehatan lingkungan dan pengawasan sanitasi dasar pada masyarakat.
Kebijakan Publik yang sehat
Kebijakan pemerintah yang mendukung program kesehatan masyarakat bukan hanya kebijakan kesehatan yang bersifat kuratif (Privat).
Pengorganisasian
Organisasi sosial harus diberi ruang untuk melihat dan mengintervensi kesehatan masyarakat secara kelembagaan karena organisasi ini juga mempunyai jaringan yang strategi untuk perbaikan kesehatan masyarakat.
Pengorganisasian Masyarakat
Organisasi kemasyarakat dilibatkan pada setiap kegiatan promosi kesehatan, dengan menyakinkan pada anggotanya atau pengurusnya bahwa tanggung jawab kesehatan adalah tanggung jawab bersama untuk menjaga dan meningkatkan.
Pelayanan Preventif
Preventif adalah salah satu upaya kesehatan yang dilakukan sebelum adanya suatu kejadian penyakit baik pencegahan pada individu maupun kelompok jika tingkat pencegahan di masyarakat itu tinggi maka sangat kurang terjadinya kejadian luar biasa yang selalu terjadi tiap tahun pada masyarakat. Ketidakmengertian penulis yaitu mengenai Sehat itu katanya adalah hak asasi, tetapi pada kenyataanya tidak demikian. Masih banyak masyarakat kita yang tidak dapat menikmati hak asasi mereka ini, terutama mereka yang secara ekonomi lemah. Seharusnya hal itu merupakan tugas dan kewajiban pemerintah untuk melindungi seluruh lapisan masyarakatnya untuk mendapatkan hak mereka untuk sehat. Banyak kebijakan-kebijakan pemerintah justru merampas ataupun tidak mengindahkan hak masyarakat untuk sehat. Sebagai contoh saat ini semakin sulit saja aksesibilitas para penduduk miskin negeri ini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dari sisi kebijakan, banyak kebijakan pemerintah yang sebenaranya tidak tepat sasaaran. Alokasi penganggaran kesehatan masih sangat kecil, padahal menurut undang-undang telah disepakati bahwa alokasi dana untuk kesehatan itu sebesar 5% dari anggaran pemerintah. Pada tahun 2000 pernah diadakan pertemuan antara Departamen Kesehatan dan seluruh Bupati dan walikota di seluruh daerah di Indonesia dan pada pertemuan tersebut dihasilkan sebuah “janji” bahwa daerah akan mengalokasikan sebesar 15% dari APBD mereka untuk kesehatan. Tetapi kenyataan sampai saat ini tidak demikian. Lalu muncul pertanyaan, sampai sejauh mana kesepakatan politik itu terlaksana?? Siapa yang salah?? Pemda ataukah orang-orang kesehatan sendiri yang kurang bisa mengadvokasi kesehatan itu sendiri.

Irwandy Mahasiswa Magister Administrasi RS UNHAS
Sebuah Catatan Kecil dari Mata Kuliah Promosi Kesehatan